Home Beasiswa Perjuangan Tanpa Akhir Meraih Beasiswa LPDP Untuk Kuliah di University of Birmingham

Perjuangan Tanpa Akhir Meraih Beasiswa LPDP Untuk Kuliah di University of Birmingham

2
Perjuangan Tanpa Akhir Meraih Beasiswa LPDP Untuk Kuliah di University of Birmingham

ada yang punya impian kuliah di Inggris? Nah, pas banget. Kali ini kita berkesempatan untuk interview dengan salah satu teman kita yang sedang menempuh Master di  University of Birmingham, United Kingdom. Namanya mbak Masyithoh, dulu S1 nya di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.Nah, gimana ceritanya bisa kuliah Master di Inggris? Bagaimana ia beradaptasi dengan lingkungan baru di Inggris? Bagaimana ia bisa mendapatkan beasiswa untuk kuliah disana?

Halo! Nama panjang Saya Masyithoh Annisa Ramadhani Alkatiri, panjang sekali ya hehehe. Biasa dipanggil Masyithoh atau Nisa. Asal campuran Jogja-Ambon tapi dari lahir di Jogja, jadi ya bisa dibilang orang Jogja saat ini. Saat ini sedang menempuh studi Master di University of Birmingham, Master of International Security. Alamat rumah di 160 Hubert Road, Birmingham, West Midlands, United Kingdom B29 6ER. Ditunggu kedatangan teman-teman kesini ya!

Alhamdulillah, Saya berkesempatan menempuh program S2 melalui program beasiswa sepenuhnya dari LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Untuk semua informasi kampus maupun beasiswa LPDP, Saya selalu mencari info sendiri, misal browsing tentang list universitas terbaik di United Kingdom atau mencari berdasarkan bidang studi yang Saya cari, di bidang Ilmu Sosial atau HI pada khususnya.

Proses sampai masuk kuliah bulan September 2014 kemarin ini dimulai sejak November 2013. Persiapan yang Saya lakukan seperti : kursus & tes IELTS, menyiapkan dokumen berupa referensi dari dosen sewaktu kuliah S1, membuat essay tentang Study Objective atau Personal Statement bagi Universitas tujuan.

Hal yang paling menantang adalah fase awal tes IELTS karena biaya tes yang lumayan tinggi, jadi merasa ada beban kalau sampai tidak lolos. Pada umumnya, kampus di UK mensyaratkan IELTS minimal 6,5 untuk overall band. Walaupun ada juga yang mensyaratkan IELTS 7 seperti Oxford dan Cambridge.

Namun, alhamdulillah University of Birmingham mensyaratkan IELTS 6,5. Di samping itu, IELTS sangat beda dengan TOEFL test yang sering kita lakukan. Tapi insyaallah kalau kita sudah yakin dan melakukan usaha yang terbaik, hasil terbaik pun akan mengikuti.

Dulu Saya melakukan pencarian kampus berdasarkan bidang studi terlebih dahulu. Waktu itu Saya juga diterima di 2 universitas lain di UK namun bidang studinya masih HI secara general, sedangkan Saya ingin mencari studi yang lebih spesifik yaitu mengenai keamanan dan perdamaian, maka Saya putuskan untuk memilih University of Birmingham.

Untuk pilihan negara, Saya memilih UK karena proses pendaftaran, aplikasi, dan adminsitratif lain cenderung lebih mudah bila dibandingkan dengan negara lain. Tapi mungkin setiap orang memiliki preferensinya masing-masing. Kalau Saya memilih UK karena UK adalah salah satu negara dengan asas toleransi yang tinggi, itulah kenapa Saya sangat tertarik menempuh pendidikan disini.

Sebelum akhirnya memilih University of Birmingham, Saya juga apply ke beberapa universitas lain di UK (total 5 universitas), dan akhirnya pilihan akhir adalah di University of Birmingham. Saya melakukan aplikasi sekolah dan beasiswa bersamaan. Saat itu LPDP membuka kesempatan untuk aplikasi beasiswa dan Saya masukkan berkas-berkasnya sembari menunggu Letter of Acceptance (LoA) dari University of Birmingham.

Saya lulus dari Jurusan Ilmu Hubungan internasional (HI). Sejak kuliah di HI, Saya selalu tertarik dengan pembahasan dan masalah lain terkait interaksi bidang hubungan diplomatik antar negara di dunia. Indonesia adalah negara yang memiliki posisi strategis di dunia, dan juga didukung dengan sumber daya yang melimpah.

Namun kenyataannya, masih memiliki bargaining position yang belum terlalu kuat di bidang state to state diplomacy. Saya ingin terlibat langsung dalam proses tersebut dengan berkarier melalui bidang akademisi ataupun praktisi. Terlebih, jumlah perempuan yang terlibat dalam proses ini mungkin masih dibilang sedikit jika dibanding pria. Namun, salah satu hal yang membanggakan adalah ketika saat ini kita memiliki seorang Menteri Luar Negeri perempuan pertama yaitu Ibu Retno. Saya sangat tertarik dengan isu di bidang keamanan (security) dan perdamaian (peace).

Syukur alhamdulillah, Saya mendapat kesempatan untuk mengikuti sebuah event di NATO dan EU Headquarter di Brussels, Belgium besok Januari bersama 33 rekan dari berbagai negara dari University of Birmingham. Saya rasa ini salah satu wujud tindakan nyata yang bisa Saya lakukan saat ini. Belajar dari strategi keamanan dan kebijakan yang diambil negara maju di Eropa sehingga nantinya dapat disaring dan diaplikasikan di Indonesia di masa depan.

Birmingham merupakan salah satu kota di UK dengan populasi WNI yang lumayan tinggi, jadi alhamdulillah Saya memiliki banyak saudara baru yaitu rekan-rekan yang sedang sama-sama menempuh pendidikan Master atau Doktor disini.

Di samping itu, banyak juga WNA dari berbagai negara di University of Birmingham. Saya sangat senang bisa bergaul dengan banyak sahabat baru dari berbagai belahan dunia seperti Eropa, Amerika, Afrika, dan juga negara lain. Saya berprinsip bahwa ketika kita berada di luar negeri, kita bertugas sebagai “duta” untuk membawa nama baik Indonesia. Oleh karena itu, Saya selalu mencoba membangun interaksi yang dekat dengan sesama teman maupun Professor yang mengajar di University of Birmingham.

Hal paling menantang adalah mengenai sistem kuliah yang mungkin sedikit berbeda dengan Indonesia. Dulu sewaktu S1, Saya juga mengikuti program Kelas Internasional di HI UMY, namun ternyata disini sistemnya sangat berbeda. Disini Kami diharuskan membaca banyak buku dan membuat tugas dengan sangat hati-hati agar tidak terkena masalah plagiarisme.

Sistem pendidikan di Inggris sangat ketat dalam hal ini. Bahkan terdapat software yang dapat mendeteksi langsung jika kita melakukan copy paste dalam pengerjaan tugas, tentu saja ini akan berakibat fatal bagi nilai dan predikat kelulusan kita nantinya. Sewaktu S1, Saya jarang ke perpustakaan, namun di UK, perpustakaan adalah rumah kedua karena hampir setiap hari Saya berkunjung untuk mengerjakan tugas maupun mencari buku referensi.

Ketika menemui kesulitan dalam hal urusan perkuliahan, Saya biasa menemui academic tutor yang memang ditugaskan untuk membantu Kami jika terdapat gangguan teknis. Namun tidak jarang juga Saya dan beberapa teman memilih untuk bertemu sambil minum kopi sembari berdiskusi mengenai topik atau hal yang Kami rasa susah.

Apa ya? Mungkin orang berpikir bahwa orang Inggris atau pada umumnya orang luar negeri adalah orang yang sombong atau susah diajak berinteraksi. Namun Saya rasa itu semua hanyalah masalah communication skill yang dimana kita memang harus menantang diri sendiri untuk bisa membaur dengan mereka, tapi tentunya dengan tidak melupakan jati diri kita sendiri sebagai bangsa Indonesia.

Birmingham memiliki lebih dari 2000 international students yang tersebar di semua jurusan. Di jurusan Saya, HI, mayoritas adalah mahasiswa dari Eropa dan beberapa berasal dari Asia dan Timur Tengah. Sifat mereka pun bervariasi. Ada yang pendiam, suka membaur, dan lain-lain. Tapi Saya rasa semuanya baik dan sangat welcome terhadap kami sebagai orang Indonesia.

Saya punya pandangan bahwa di luar negeri adalah masa untuk membangun jaringan dan relasi seluas-luasnya. Bukan berarti Saya tidak mau membaur dengan sesama WNI, tapi Saya rasa salah satu bagian pokok diplomasi bangsa terletak pada kita sebagai WNI yang tersebar di banyak negara, bagaimana kita bisa membawa diri dan nama bangsa dengan baik di mata dunia.

Saya pribadi waktu ke UK membawa beberapa post card bergambar Indonesia dan beberapa souvenir yang bertuliskan nama Jogja. Saya gunakan hal tersebut untuk starting point dalam membangun relasi dengan rekan dari berbagai negara. Dan itu ternyata sangat efektif karena mereka jadi mengenal kita lebih mudah dan dekat.

Hmmm, semua tempat sebenarnya nyaman disini. Birmingham hampir mirip dengan Jogja. Kotanya nyaman dan banyak pelajar yang menempuh studi di sini. Saat ini Saya tinggal di rumah bersama keluarga Indonesia yang sedang menempuh Ph.D di University of Birmingham juga. Lokasinya 20 menit ditempuh dengan jalan kaki untuk menuju ke kampus. Rata-rata disini orang berjalan kaki untuk ke kampus, bahkan jarang melihat motor dan mobil yang dipakai karena jarak yang dekat dan tentunya berjalan kaki lebih menyehatkan.

Universitas juga menyediakan university accomodation dengan tarif yang variatif. Rata-rata rumah dan university accomodation berupa apartement sudah dilengkapi dengan barang pokok seperti kasur, lemari, kompor gas, kulkas, dll. Harganya bervariasi tergantung model rumah atau furnishing-nya. Saran Saya kalau bingung mencari tempat tinggal, coba bergabung dengan grup atau milis PPI di negara yang kita tuju dan mintalah informasi disana karena pasti banyak akses informasi yang rekan-rekan PPI disana. Mereka pasti akan membantu merekomendasikan tempat tinggal untuk kita selama disana. Saya dulu juga melakukan hal yang sama.

Porsi terbesar di tempat tinggal. Kisaran di Birmingham tempat tinggal adalah 250-600 pounds per bulan. Ada yang lebih juga sih, tapi rata-rata adalah dengan harga itu. Kalau masalah biaya sehari-hari seperti makan dan transport, Saya rasa lumayan relatif murah jika kita bisa melakukan manajemen dengan baik seperti menghindari jajan makanan diluar terlalu banyak dan lebih banyak memasak sendiri di rumah. Pengalaman pribadi, hehe.Pulsa telepon dan harga bus atau kereta juga relatif terjangkau.

Banyak sekali peluang yang bisa kita ambil. Jika kita Ph.D, kita bisa melakukan kerja part time dengan menjadi asisten Professor yang sedang melakukan penelitian bersama kita dengan membantu mengoreksi ujian atau pekerjaan terkait lainnya. Peluang lain adalah bekerja di beberapa tempat seperti restoran atau hotel seperti yang banyak dilakukan beberapa rekan disini.

Di setiap kampus juga pasti memiliki career information center yang berisi informasi mengenai tawaran part time bagi mahasiswa. Namun kalau kita bisa melakukan saving pengeluaran dengan baik, insyaallah tetap bisa untuk menabung.

Nah ini hal yang paling sering Saya rasakan di masa awal kuliah. Alhamdulillah lama kelamaan perasaan seperti itu akan hilang kok seiring dengan kesibukan dan interaksi dengan teman-teman yang semakin sering.
Kalau kangen dengan orang tua, Saya biasa menelepon, apalagi saat ini teknologi semakin mudah, ada Line atau Skype yang dapat sangat bermanfaat. Kalau makanan, Saya biasa membuat masakan sendiri jika tiba-tiba ingin makanan Indonesia yang tidak bisa dibeli disini seperti sop buntut sapi, rendang, dan lain-lain. Tapi jangan khawatir, mie instan favorit yang terkenal di Indonesia atau saos sambal juga bisa ditemukan kok disini 😀

Alhamdulillah disini banyak juga WN UK yang merupakan muslim, rata-rata adalah imigran yang berasal dari Pakistan maupun warga UK sendiri. Alhamdulillah sejauh ini tidak ada halangan berarti dengan jilbab Saya.

Cerita menarik sebenarnya berhubungan dengan nama Saya yang terdapat nama marga Arab di belakang (Alkatiri). Satu minggu disini Saya membuka account bank dan minggu berikutnya Saya mendapat surat dan email pemberitahuan bahwa Saya tidak bisa menggunakan account Saya untuk sementara waktu dan pihak pemberi beasiswa pun tidak bisa mengirim, karena nama Saya dianggap mirip teroris atau pelanggar HAM berat dunia yang Saya sendiri pun juga tidak tahu siapa yang dimaksud 😀

Tapi alhamdulillah semuanya bisa berhasil beres atas bantuan LPDP Kementerian Keuangan dan BRI yang berusaha melakukan komunikasi dengan bank disini mengenai status Saya sebagai mahasiswa dengan status government-funded dari Indonesia.

Saat Saya menceritakan hal ini kepada teman-teman Saya di kelas, mereka mencoba menghibur Saya dan di sisi lain juga dianggap lucu karena disini Saya sedang belajar mengenai International Security yang notabene mata kuiah yang Saya ambil berupa Terrorisme, Violence, Security Studies, etc. Namun Saya malah diduga teroris 😀

Tiga bulan di Birmingham, Saya baru keliling Birmingham, Oxford, dan Liverpool. Sebenarnya sudah punya rencana mau pergi kemana-mana tapi karena banyak tugas yang menuntut deadline dalam waktu dekat ini, jadi Saya menunda untuk berjalan-jalan terlalu banyak dan merencanakan jalan-jalan saat nanti sudah libur di bulan Desember.

Berdasar pengamatan yang Saya lihat dan rasakan sendiri, orang yang pernah bersekolah keluar negeri pasti memiliki jiwa yang tangguh dan tidak gampang menyerah. Kami selalu “dituntut” untuk melakukan yang terbaik dalam bidang akademik maupun praktek selama menempuh studi di kampus luar negeri.

Dalam dunia kerja, sangatlah penting kita memiliki kemampuan yang tidak hanya berupa hard skill namun juga soft skill, Saya rasa kuliah ke luar negeri merupakan pilihan yang tepat jika kita ingin melakukan self improvement  di dua bidang tersebut.

Traveling membuat kita semakin mandiri dan tentu saja memiliki cara pandang yang lebih luas. Kita harus belajar untuk bisa lebih menumbuhkan empati terhadap sesama karena disini Saya berinteraksi dengan banyak orang dari berbagai negara dengan latar belakang suku, agama, pandangan yang berbeda.

Hal ini membuat kita semakin “kaya” dalam cara pandang karena perbedaan tersebut. Saya juga semakin optimisi bahwa Indonesia akan menjadi negara maju di masa depan. Hal ini dikarenakan jumlah mahasiswa Indonesia yang belajar di luar negeri (UK khususnya) sangatlah besar, mungkin lebih dari 1000 orang bahkan. Hal ini merupakan prestasi yang sangat luar biasa.Bangsa kita memiliki SDA dan SDM yang sangat berkualitas, semua hanya tinggal bagaimana kita mengelola dan berkontribusi nyata untuk kemajuan bangsa di masa depan.

Satu hal yang jangan pernah hilang saat kita sedang berjuang menempuh cita-cita adalah impian kita. Saya dulu merasakan sendiri bahwa proses selama kurang lebih satu tahun untuk sampai disini lumayan menantang. Dimulai dari harus membagi waktu antara bekerja dan menyiapkan berkas pendukung kuliah maupun beasiswa, melakukan persiapan tes IELTS, dan persiapan teknis lainya. Semua harus dilakukan dengan manajemen waktu yang baik. Jika tujuan teman-teman adalah UK, persiapkan untuk tes IELTS jauh-jauh hari sebelumnya. Selain itu, rajin-rajin untuk selalu browsing baik berupa informasi beasiswa maupun sekolah.

Kunci pokok lainnya adalah do the best in everything. Saat menempuh tes IELTS, mengirim aplikasi ke University of Birmingham, saat mengikuti tes beasiswa LPDP, Saya selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik. Hasil akhir biarlah Tuhan yang menentukan, tapi itu pasti yang terbaik. Saya dulu tidak pernah berpikir ingin ke Birmingham, Saya cuma ikhtiar untuk ditunjukan yang terbaik. Cita-cita Saya dulu adalah ke Amerika. Namun Tuhan berkehendak lain, Saya melakukan aplikasi ke banyak kampus dan akhirnya Birmingham adalah pilihan yang terbaik yang Tuhan berikan.

Alhamdulillah Saya berkesempatan mendapat beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Program ini merupakan salah satu program beasiswa yang diberikan Pemerintah RI yang berasal dari dana abadi. Jadi, LPDP tidak mengenal sistem kuota dalam melakukan seleksi beasiswa. Semua orang dari latar belakang profesi apapun bisa mendaftar. Hal yang menarik lainnya adalah, LPDP memperbolehkan kita untuk mencari Letter of Acceptance selama rentang waktu satu tahun jika nantinya kita diterima beasiswa.

Setelah diterima beasiswa LPDP, Kami mengikuti rangkaian acara berupa PK (Persiapan Keberangkatan) yang terdiri dari sekitar 120 rekan sesama awardee yang akan menempuh pendidikan lanjut ke berbagai negara. Salah satu kesempatan yang sangat berharga dalam hidup Saya karena Saya dapat bertemu dengan banyak tokoh yang sangat mengispirasi dalam setiap sesi, dan juga tentu saja bertemu dengan sahabat-sahabt baru dengan berbagai pengalaman dan bidang ilmu yang membuat Saya belajar banyak dari mereka. Terima kasih LPDP!

Sumber : Berkuliah.com

2 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here