Berawal dari temen saya yang dengan bangganya memperlihatkan artikel thesis masternya telah di publish di jurnal yang katanya memiliki Impact Factor 5.99 dan setelah di cek ternyata bukan dari Thomson Reteurs serta tidak terindex di scopus, pubmed maupun elsivier hanya dituliskan di websitenya in process.
Saya jelaskan bahwa hati-hati banyak jurnal yang berkedok hanya memanfaatkan uang pemrosesan atau processing fee untuk memanfaatkan keuntungan sebanyak-banyaknya, malah saat ini banyak muncul jurnal publisher predator alias jurnal abal-abal yang mengatas namakan jurnal aslinya. Bagi yang ingin tahu apa itu jurnal predator dan sebagian contohnya bisa dilihat disini.
Ya begitulah temanku ini, diomongin selalu tidak percaya. Tapi saya biarkan karena teringat pengalaman ketika awal mula belajar publikasi ilmiah internasional pada tahun 2012. Jadi ingin bercerita bagaimana pertama kali publikasi di jurnal internasional yang ternyata setelah dipikir kembali ada tahap-tahap yang bisa dilakukan untuk memulai publikasi. Yang paling penting adalah mulailah dari sekarang!
Begini Cara Belajar Publikasi Ilmiah di Jurnal Internasional Untuk Pemula :
- Tahap publikasi tanpa melihat index atau impact factor
Apa itu index? jelasnya ketika kita memiliki website atau blog maka tidak akan otomatis tulisan kita ada di mesin pencari google apabila website kita tidak terdaftar/index oleh google. Oleh karenanya banyak istilah index scopus, pubmed, elsivier, ebsco dll yang artinya masuk ke database mereka.
Impact factor sendiri merupakan sistem penilaian terhadapa suatu jurnal berdasarkan parameter tertentu seperti citasi, download dll yang dikeluarkan oleh badan tertentu. Disini banyak IF yang dikeluarkan oleh Indexcopernicus Value (ICV), SJIF, dan tentunya IF dari thomson reteurs yang valid digunakan oleh jurnal bereputasi saat ini.
Ternyata caranya relatif mudah, mulai translate penelitian yang kita bimbing dan submit di Jurnal yang berasal dari India atau negara berkembang seperti Pakistan dan Afrika.
Terkadang jurnal tersebut mencantumkan korespondensi dari negara maju padahal editor atau reviewernya dari negara berkembang. Patut dicatat, tidak semua jurnal dari negara-negara tersebut adalah predator.
Ambil hikmah dari semua ini, yang terpenting adalah memulai hasil penelitian kita diterjemahkan ke bahasa Inggris dan mulai berujung paper. Terus terang, list jurnal yang telah dipublikasi dibawah ini bahasa inggrisnya masih jauh dari sempurna, bahkan ketika saya baca malu rasanya publikasi di jurnal ini. Biarlah hanya sebagai pembelajaran.
Dari 4 jurnal diatas, hanya 1 yang terindex scopus yaitu di juranal IJPPS. Cukup rasanya bermain-main di jurnal yang tanpa terindex scopus. Dan ada 1 jurnal yang sudah tidak ada websitenya, yakni IJPST kacau hehe
Memang dari ke-4 jurnal diatas rata-rata harus membayar 50-100 USD, tapi itu tidak seberapa dengan insentif 10 kalinya
Lama-lama rekan kantor mulai mem-bully alias mengingatkan bahwa saatnya untuk meninggalkan publikasi di jurnal yang tanpa kejelasan index.
- Mulai melirik index
Saat ini Dikti mensyaratkan jika ingin melakukan penelitian maka harus memiliki publikasi internasional yang terindex scopus. Nah, salah satu ciri bahwa jurnal ini terindex scopus adalah adanya DOI atau Digital Object Identifier.
Di jurnal ini mulai terasa peran reviewer, karena tidak langsung diterima. Muncul komentar-komentar yang harus kita respon dan perbaiki agar jurnal kita diterima.
- Tinggalkan kebiasaan lama, mulai publikasi melirik Impact Factor
Rekan sekantor yang memang baru lulus PhD dari Jepang mengingatkan agar mulailah meningkatkan kualitas publikasinya di jurnal yang bukan hanya terindex scopus tapi PubMed atau Elsivier.
Aliya Nur Hasanah, Nasrul Wathoni , Aldilla Indah Refi ani , Yeni Wahyuni. Biosensor for Uric Acid Determination Based on Combination of Polypyrrole and Poly(allylamine) Films. J Young Pharm. doi:10.5530/jyp. 2014.1.72014; 6(1):39-41
Akhirnya 2 jurnal yang ini merupakan jurnal yang terindex elsivier di Journal Young Pharmacy dan JAPTR terindex PubMed. Tahap dari mulai submit sampai publikasi memerlukan waktu lebih dari 5 bulan. Bayangkan untuk jurnal di tahap 1 dan 2 kurang 1 bulan sudah bisa muncul secara online.
- Tahap advance, saatnya publikasi di IF >5
Inilah cita-cita saya saat ini, minimal publikasi saya selanjutanya terus ada di tahap 3 dan 4 dan benar-benar melupakan tahap 1 dan 2. Jika masih bingung bagaimana cara untuk memulai Statement yang memunculkan pro dan kontra saya hapus, ini adalah kisah nyata saya pribadi yang saya tulis apa adanya. Silahkan melakukan penilaian sendiri. Perlu diketahui jurnal yang saya publikasi tidak termasuk di daftar jurnal predator pada waktu itu. Dan yang ditekankan di tulisan ini adalah semangat perubahan untuk menuju lebih baik serta berhenti dari kebiasaan jelek sebelumnya.
Silahkan lihat di profil https://www.researchgate.net/profile/Nasrul_Wathoni dan baca artikel ini [Sedikit Ga Percaya Ketika Ditawari Jadi Reviewer di 2 Jurnal Elsevier]
Sumber : Nazroel.id/nasrul wathoni